
Kepercayaan tidak diperoleh begitu saja, tetapi harus dibangun secara perlahan. Namun kepercayaan tersebut dapat dalam satu malam saja. Konsep sederhana yang disampaikan pada pelatihan yang saya ikuti fondasi dari kepercayaan adalah karakter dan kompetensi. Karakter diwakili oleh unsur integrity, intent, dan unsur kompetensi diwakili oleh capability dan result. Karakter merupakan sebuah unsur yang konstan, dan selalu diperlukan dalam setiap kondisi, sedangkan komeptensi diperlukan tergantung pada situasi dan kondisi yang sedang dihadapi. Pengertian dari integrity lebih banyak direpresentasi oleh kongruen atau tidaknya seseorang dalam keseharian. Konsistensi antara yang diucapkan dengan yang dilakukan. Dalam terminologi yang lebih biasa didengar adalah munafik. Sejalan atau tidak ucapan dan perbuatan. Intent dilandasi sebuah motif, apakah motif seseorang dari melakukan suatu perbuatan akan menentukan sebuah kepercayaan. Sedangkan capability banyak ditentukan oleh kemampuan seseorang. Tingkat kemampuan seseorang untuk melakukan suatu hal akan mempengaruhi tingkat kepercayaan orang lain. Ditambahan dengan resut yang bisa diwakili oleh track record, maka tingkat kepercayaan juga dipengaruhi dari kemampuan dan juga hasil yang sudah dilakukan di masa lalu.
Kembali lagi pada pengalaman rekan saya di atas, terdapat dua hal yang dapat dipelajari. Pertama, rekan saya tersebut perlu meningkatkan integristasnya, memperbaiki motif, menunjukkan kemampuannya dan memberikan hasil dalam tugasnya. Dengan demikian, secara perlahan tingkat kepercayaam tersebut juga akan timbul. Di sisi lain, sang pimpinan dalam menghadapi rekan saya tersebut perlu juga menunjukkan perilaku yang mendukung terciptanya kepercayaan. Misalnya perlu mengatakan secara langsung apa yang diinginkannya sehingga tidak perlu bolak balik melakukan koreksi, karena yang bersangkutan sendiri belum mengetahui apa yang diinginkannya. Memberi penghargaan terhadap upaya yang dilakukan rekan saya dimaksud, mendengarkan apa yang disampaikan oleh rekan saya, menunjukkan sikap bahwa rekan saya tersebut mampu memahami yang diinginkannya, dan lain-lain.
Kepercayaan adalah suatu hubungan dua arah, yang perlu diupayakan oleh kedua pihak. Apabila tidak terdapat upaya perbaikan dari kedua belah pihak, baik dari rekan saya dimaksud, dan juga sang pimpinan, maka selama itulah tingkat kepercayaan diantara keduanya akan rendah. Pada akhirnya organisasi jugalah yang akan merugi, karena hal-hal yang harusnya dapat diselesaikan segera, ternyata kemudian tidak dapat dieksekusi dengan baik karena waktu yang diperlukan menjadi sangat lama, dan kemudian biaya yang dikeluarkan menjadi sia-sia. Disini terlihat bahwa betapa pentingnya suatu tingkat kepercayaan dalam suatu organisasi.
Kembali lagi ke soal sepakbola, ada pelajaran berharga yang dapat diambil dari kepemimpinan Sir Alex yang legendaris. Nama-nama beken seperti Beckham, Nistelrooy, Keane, Ronaldo menjadi tidak berarti baginya ketika kepercayaan Sir Alex luntur. Begitu motif dari mereka diragukan, tanpa ragu Sir Alex kemudian mentransfer mereka ke klub lain meskipun kemampuan mereka dan hasil yang sudah dicapai di Old Trafford begitu luar biasa. Kepemimpinan yang tegas berlandaskan integritas ini kemudian memberikan dampak yang luar biasa kepada suasana kondusif di ruang ganti pemain. Bagi Sir Alex, suasana tim yang kondusif dan saling percaya lebih penting dari pada banyaknya pemain bintang tetapi memiliki motif yang berbeda dengan keseluruhan tim.
Terakhir, ada baiknya kita melihat sekeliling kita. Apakah telah ada suasana trust secara horizintal dan vertikal. Kalau belum, sebaiknya tunda dulu semua kegiatan, bicarakan dengan baik-baik seluruh persoalan yang ada. Bicarakan secara terbuka, sepakati dan konsisten dijalani. Suasana kepercayaan yang tinggi sesama pegawai dan pimpinan akan menghasilkan kinerja yang luar biasa lebih dari yang dibayangkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar