Selasa, 21 April 2009

Katanya Pemimpin, Tapi...

Tulisan ini sih berawal dari obrolan pagi seperti biasa di rombongan cinere. Mas Uzur mempermasalahkan inkonsistensi ukuran kepemimpinan yang digunakan dan kemudian hasilnya dipertanyakan. Pak Madesu meng-echo dan Pak Wigun manggut-manggut dan senyum-senyum (jangan-jangan inget kejadian yang semalam yaa..).

Saya sependapat dengan para pakar dari CMC (Cinere Motor Club), bahwa harus ada kesepahaman ukuran kepemimpinan sehingga semua memiliki persepsi yang sama mengenai bagaimana seorang pemimpin berperilaku. Tidak untuk menyaingi Stephen R. Covey (bener ya Ki) dengan 4 roles of leadernya, dan juga menyaingi DDI dengan kamus kompetensinya, maka pemahaman saya mengenai bagaimana seorang pemimpin harusnya berperilaku adalah sebagai berikut:

  1. Seorang pemimpin harus kompeten;
  2. Seorang pemimpin harus memiliki visi;
  3. Seorang pemimpin harus punya prinsip;
  4. Seorang pemimpin harus memiliki kemampuan manajerial; dan
  5. Seorang pemimpin harus berani mengambil keputusan.

Kenapa seorang pemimpin harus kompeten, karena tanpa kompetensi dia tidak akan mampu memberikan pengarahan dan men-challenge suatu konsep secara ilmiah (bukan hanya berdasarkan power saja bo'..). Kalau pada prakteknya konsep selalu disusun tanpa arahan dan kemudian setelah jadi diubah sesuai salero bagindo, wes pasti penyusun konsep akan, kata mas Toto, mulgob alias mulia tapi goblok...:). Pemimpin dituntut tidak hanya mengerti, atau memahami suatu pengetahuan, tapi levelnya juga jauh di atas itu yaitu mempraktekkan dan mengajarkan kepada orang lain. istilah kerennya, jangan level basic practisionerlah.


Pemimpin harus memiliki visi, ini syarat mutlak karena tanpa visi dia nggak akan mampu menjelaskan kemana dia akan membawa anak buahnya pergi. Ibaratnya seorang anak diajak jalan-jalan sama Bapaknya, anaknya bertanya "Pak, kita mau kemana..?". Bapakanya bingung dan menjawab, "kita jalan-jalan menikmati pemandangan saja nak...". Pertama-tama si anak mungkin senang-senang saja. Tapi lama kelamaan si anak akan kelelahan dan tidak mampu meneruskan perjalanan lagi. Berbeda dengan seorang pemimpin yang memiliki visi, "kita akan ke Bandung dan harus sampai disana dalam waktu 4 jam". Kemudian pemimpin tersebut berdiskusi dengan si anak buah, bagaimana cara sampai ke Bandung dalam waktu 4 jama tersebut, dan kemudian menyepakati jalur mana yang akan ditempuh. Si anak buah senang karena ide-idenya untuk menempuh waktu ke Bandung dalam 4 jam diterima dan merasakan bahwa perjalanan tersebut adalah perjalanan bersama.


Prinsip, atau bahasa Inggrisnya Values, perlu dimiliki oleh seorang pemimpin dalam rangka memastikan visi yang ditetapkan dapat tercapai. Kalau tadi sudah ditetapkan ke Bandung dalam 4 jam, tetapi sang pemimpin nggak konsisten, sebentar-sebentar mampir untuk belanja atau ngopi, tujuan 4 jam tersebut nggak akan tercapai. Prinsip menjadi benteng dari ketidakkonsistenan, karena prinsip tersebut sudah embedded dalam diri sang pemimpin dan diperlihatkan dalam keseharian hidup. Prinsip bukan merupakan hal yang selalu diomongkan, tetapi sesuatu yang dipraktekkan. Jangan sampai seorang pemimpin mengatakan bahwa dia sangat mengutamakan efisiensi, kemudian dalam prakteknya banyak belanja dan sering ngopi. Prinsip atau values menjadi pilar utama karakter individu.


Pemimpin perlu memiliki kemampuan manajerial, atau at least memiliki orang yang dipercaya untuk memastikan target terselesaikan. Tapi "manakala" seorang pemimpin tidak memiliki kemampuan manajerial untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, tetapi dia juga tidak memiliki orang yang dipercaya untuk menyelesaikan tugas tersebut, selesailah dunia. Sama aja mau ke Bandung tapi dia nggak bisa nyetir, tapi nggak ada yang dipercaya bisa nyetir. Lah nggak akan pernah berangkat. Diam di tempat, tidak bergerak. Wess pasti nggak karuan jadinya.


Kemampuan mengambil keputusan amat krusial dalam melaksanakan tugas sebagai pemimpin. Keputusan untuk pergi ke Bandung. Keputusan untuk mengajak anak buah yang mana ke Bandung. Keputusan untuk menyerahkan tugas menyetir ke Bandung ke anak buah yang mana. Keputusan untuk mengambil jalur mana. Keputusan untuk mengambil jalur alternatif sewaktu ada kemacetan di jalan. Semua membutuhkan keputusan. Kalau setiap keputusan ditunda dan diambil kalau sudah waktunya mepet, lha tujuan sampai ke Bandungnya dalam 4 jam kagak bakalan tercapai cing... mimpi kaleeee.


Ini semua murni dari pemikiran pribadi yang boleh saja berbeda dengan yang lain. Tapi kembali lagi ke awal tulisan yang penting adalah adanya kesepahaman bagaimana seharusnya seorang pemimpin tersebut perperilaku. Jangan sampai katanya seorang pemimpin, tapi nggak punya ilmunya. Katanya seorang pemimpin, tapi nggak punya visi. Katanya seorang pemimpin, tapi nggak punya prinsip. Katanya seorang pemimpin tapi nggak bisa mengatur. Katanya pemimpin, tapi nggak bisa mutus. Don't call yourself a leader my friend... cape d.



3 komentar:

SUBAGA WIRYA mengatakan...

Mantap Mas Rudi, bahasanya ringan, isinya mengena, semua OK, Tulis trus Mas Rudi. Mari belajar dan berbagi trus.

Rinaldi mengatakan...

Tulisannya mudah dimengerti. Khotbah Jum'at minggu lalu menyebutkan kepemimpinan adalah pengorbanan, kerja keras, melayani dan rendah hati.

sandonpaap mengatakan...

What is the minimum deposit limit and how to get - DrMCD
What is the 경산 출장마사지 maximum deposit limit 김포 출장안마 and how to get bonus 경주 출장안마 codes? 영주 출장샵 We explain what the minimum bet is, the amount you will 사천 출장샵 win.